Aliran Penerjemah dan Para Teoritikus

Pakar-pakar teori terjemahan dengan tegas menteorikan penyusunan teori penerjemahan menurut hubungan sosial dan faktor eksternal. Semua teoretikus menegaskan bahwa penerjemahan dikendalikan oleh jaringan sosial, interaksi sosial, orang yang mengatakan kepada orang lain, “Kerja kan ini”, “Akan saya berikan uang sejumlah X kalau Anda mengerjakannya”, “Dapatkah Anda menolong saya untuk ini,” dll. Dan teori penerjemahan merupakan bagian yang tidak lepas dari hal itu.

Bahkan, para teoretikus ini meyakini, bila bukan merupakan bagian dari interaksi sosial tersebut, teori tidak akan bermanfaat dan hanya akan menjadi permainan akademis, cara yang dibukukan, un tuk membangun reputasi, dipromosikan, dan sebagainya.

Karena aliran polisistem, “studi penerjemahan deskriptif (descriptive translation studies – DTS)”, atau “manipulasi” biasanya lebih memusatkan perhatian pada sistem kebudayaan yang luas daripada jaringan sosial lokal, maka peranan aliran teori ini akan kita bicarakan pada Bab 10. Di sini, kita akan membahas aliran Jerman yang punya banyak nama: teori penerjemahan fungsional, teori penerjemahan yang berorientasi pada Handlung/tindakan, analisis teks yang berorientasi pada terjemahan, atau teori skopos.

Baca Juga Jasa Translate Bahasa Inggris Tersumpah

Aliran ini telah berhasil menekankan pentingnya fungsi dan interaksi sosial penerjemahan, terutama untuk tujuan-tujuan realistis. Mereka yakin, mempelajari Penerjemahan dalam kaitannya dengan hal-hal yang sebenarnya terjadi ketika orang menerjemahkan dan kekuatan sosial apa yang benar-benar mengontrol penerjemahan, lebih realistis daripada mempelajari penerjemahan dalam kaitannya dengan kesepadanan teori universal tradisional yang berdasarkan pada teks (menerjemahkan makna-per makna, bukan kata-per-kata).

Mereka menyatakan, penerjemahan selalu bersifat sosial, tetapi karena baru sekarang penerjemahan dipahami dalam kaitannya dengan sifat sosialnya yang sebenarnya, maka pendekatan ini pada dasarnya bersifat memperbaiki (corrective). Pendekatan ini berusaha mengurangi pendekatan tradisional yang hanya berdasarkan hukum-hukum umum tanpa memperhatikan keanekaragaman situasi tatkala praktek penerjemahan berlangsung.

Dalam hal ini, para teoretikus fungsional/berorientasi pada tindakan/skopos, meluaskan koreksinya pada teori teori tradisional yang berorientasi pada teks dengan cara lebih mendekatkan beberapa langkah dengan hal yang disebut Peirce sebagai induksi. Mereka menggali pengalaman induktif mereka sendiri dalam kegiatan sosial/profesional tatkala menerjemahkan, mengamati apa yang me reka lakukan dan kolega mereka, apa yang sebenarnya berlangsung di dalam dan di sekitar kegiatan menerjemah kan, dan menyusun teori atau “deduksi” baru dari hasil pengamatan tersebut.

Leave a Comment