Konsepsi dan Teori Penerjemahan

Konsepsi teori penerjemahan sebagai bagian penting dari upaya pembelaan diri seorang penerjemah dari serangan ketidakpahaman, memang sudah lanjut usianya dan juga relatif baru.

Meskipun demikian, selama lebih dari dua ribu tahun, penyebab dominan dan resmi penyusunan teori penerjemahan hampir selalu adalah untuk mengontrol gerak-gerik penerjemah, bukan (seperti Jerome, Luther dan Pym) untuk membantu mereka mencari dukungan atas tindakan-tindakan mereka berdasarkan fakta bahwa penerjemah mutlak tunduk pada perintah penguasa (setia, tidak merdeka!), bukan untuk memberikan mereka pembelaan diri atas ketidakpahaman penguasa.

Sekali lagi inilah perbedaan antara pengetahuan dari dalam (internal) dan pengetahuan dari luar (eksternal), seperti yang dibicarakan pada sebelumnya. Dari sudut pandang eksternal, yaitu “penguasa” atau pengguna, satu-satunya alasan yang memungkinkan keberadaan teori penerjemahan ialah untuk mengembangkan dan memberlakukan standar normatif penerjemahan yang akurat dan setia (faithful), untuk memastikan bahwa penerjemah senantiasa menerjemah sesuai standar yang berlaku untuk semua dan bukan menjadi “pengkhianat”.

Baca Juga Jasa Translate Bahasa Inggris Cepat

Misalnya, seperti yang setengahnya selalu dituduhkan kepada mereka (traduttore traditore-penerjemah yang tidak setia). Namun, dari sudut pandang internal penerjemah, keberadaan teori penerjemahan sebagian besar adalah untuk membantu penerjemah memecahkan masalah yang muncul dan mempertahankan solusi-solusi itu jika dikritik, sehingga dapat menumbuhkan keahlian, pengetahuan, watak, cara ber sikap, dan kredibilitas secara profesional.

Bagaimanapun, perlu dicatat bahwa kedua konsepsi alasan bagi keberadaan teori penerjemahan tersebut jelas bersifat sosial. Bagi kedua konsepsi itu, alasan keberadaan teori penerjemahan bukan berasal dari “pengetahuan murni” atau “ilmu pengetahuan yang bebas-nilai”, melainkan dari kebutuhan untuk hidup dan bekerja dalam lingkungan sosial, serta berhubungan baik dengan orang lain (dalam hal ini adalah orang yang membayar kita un tuk melakukan pekerjaan itu). Walaupun penyusunan teori penerjemahan yang didasarkan pada alasan-alasan sosial bukan sesuatu yang baru, namun baru pada akhir 1970 an diawali dengan munculnya aliran skopos/Hand lung/berorientasi pada terjemahan (translation-oriented)/ berorientasi pada tindakan (action-oriented)/fungsional di Jerman (Katharina Reiâ, Hans J. Vermeer, Justa Holz Mänttäri, Christiane Nord, dll.) dan aliran manipulasi/ studi penerjemahan/polisistem di negara-negara Benelux dan Israel (Itamar Even-Zohar, Gideon Toury, Andre Lefe vere, James S. Holmes, Theo Hermans, dan lain-lain).

Leave a Comment