Gemar Membaca Sampai Menjadi Penerjemah Profesional

Bagaimana Anda dapat mengetahui apa maksud teks bahasa sumber atau bagaimana fungsi teks itu? Anda mengandalkan kemampuan Anda berbahasa, memeriksa kamus dan buku referensi lainnya, menanyai para pakar, menghubungi agen dan/atau klien. Jika si pengarang bisa Anda hubungi, Anda menanyakan apa yang ia maksudkan dengan kata atau frasa ini atau itu. Tetapi, seringkali hasil riset semacam ini tidak meyakinkan atau tidak memuaskan, dan pada titik tertentu Anda harus memutuskan untuk jalan terus, seakan-akan Anda sudah mendapatkan seluruh informasi yang Anda butuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan profesional. Dengan kata lain, Anda berpura-pura menjadi pembaca bahasa sumber yang kompeten. Ini hanyalah setengah berpura-pura; ini bukan “penipuan” yang sebenarnya.

Pengalaman Membaca dan Menerjemah

Kenyataannya, Anda memang seorang pembaca yang cukup mahir dalam bahasa sumber, tetapi Anda tahu ada masalah dengan pemahaman Anda atas teks ini, bahwa Anda tidak cukup banyak tahu; jadi, Anda melakukan usaha terbaik Anda: menebak-ne bak secara ilmiah (abduksi) tentang kata dan frasa-tak seorang pun hadir untuk mendampingi Anda-dan menyajikan penerjemahan Anda sebagai terjemahan yang tuntas, kompeten, dan berhasil.

Bagaimana Anda dapat mengetahui siapakah pembaca Anda dalam bahasa-sasaran, apa yang mereka ingin kan, atau bagaimana memuaskan keinginan mereka? Pada kasus tertentu (yang relatif jarang), penerjemah tahu persis siapa saja pembaca mereka dalam bahasa sasaran. Yang lebih umum, namun tetap saja bukan suatu kebiasaan, adalah situasi-situasi tatkala penerjemah diberitahu untuk menerjemah bagi golongan, kelompok, atau jenis pembaca tertentu, misalnya “para pejabat Uni Eropa”, “kon sumen-akhir berbahasa Jerman”, atau “konferensi internasional para imunolog”.

Juru bahasa konferensi, pengadilan, komunitas, kedokteran, dan lain-lain biasanya menge tahui audience-nya, bahkan berinteraksi langsung dengan mereka, sehingga asumsi dan keinginan penerima teks menjadi kian jelas sepanjang kegiatan penerjemahan ber langsung. Namun, tidak ada penulis yang punya cukup informasi mengenai pembacanya, tidak ada pembicara yang cukup banyak mengenal pendengarnya, sehingga memang benar bahwa penerjemah dan juru bahasa adalah orang yang menulis dan berbicara dalam bahasa lain tanpa “teks bahasa sumber”.

Pada titik tertentu, penerjemah dan juru bahasa harus pula membuat asumsi-asumsi tentang siapa saja yang menjadi sasarannya-lompatan-lompatan abduktif tentang gaya bahasa (style) dan ranah bahasa (register) yang paling cocok, apakah dalam kasus tertentu mempergunakan kata atau frasa ini atau itu. Sekali lagi, penerjemah dan juru bahasa akan dipaksa berpura-pura mengetahui lebih banyak dari yang mampu mereka pahami-sederhana saja, demi bisa melanjutkan, terus melangkah, dan merampungkan pekerjaan mereka seprofesional mungkin.