Pandangan Para Pakar tentang Penerjemahan

Tidak hanya terjemahan, semua teks ditentukan oleh situasi komunikasi, bukan kaidah teori universal yang mengatur penulisan dan percakapan. Oleh sebab itu, “kesepadanan” yang berdasarkan pada teks tidak mung kin dijadikan atau sebaiknya menjadi kriteria penentu terjemahan yang baik, atau bahwa satu jenis kesepadanan merupakan satu-satunya kesepadanan yang dapat diterima untuk semua terjemahan. Hal-hal ini ditentukan oleh dan di dalam situasi komunikasi oleh manusia, yang berperan dan berinteraksi di dalam konteks sosial.

Inisiator-lah yang mengawali proses komunikasi antar budaya karena ia menginginkan suatu alat komunikasi khusus: teks dalam bahasa sasaran (target text).
Kelompok teoretikus ini merupakan kelompok pertama yang mulai membicarakan dan menulis tentang “inisiator” atau “pemesan (commissioner)” yang membutuhkan teks sasaran dan meminta seseorang untuk membuatnya.

Baca Juga Jasa Penerjemah Tersumpah di Jakarta

Orang itu memang ada, dan pengaruh mereka terhadap proses dan bentuk terjemahan sudah jelas amat besar, namun tidak ada yang menganggap hal ini signifikan secara teori. “Orang-orang” yang dianggap penting dalam teori tradisional adalah penulis bahasa sumber, penerjemah, dan pembaca teks-sasaran. Penulis teks bahasa sumber dan pembaca teks sasaran diibaratkan menggunakan semacam pengaruh sihir terhadap penerjemah, tanpa ada perantara orang sungguhan yang benar-benar nyata, dan dalam kenyataannya menyalurkan pengaruh itu lewat sambungan telepon, faksimil, pesan e-mail, dan pembayaran jasa.

Fungsi teks sasaran tidak serta-merta datang dari suatu analisis atas teks sumber, melainkan ditentukan secara pragmatis oleh tujuan komunikasi antarbudaya.
Penjelasan: (1) penerjemahan dimaksudkan untuk mela yani fungsi atau banyak fungsi sosial; (2) fungsi-fungsi ter sebut bukanlah konsep umum tekstual seperti “fungsi retoris” atau “fungsi informatif”, tetapi tindakan-tindakan di luar teks yang ditujukan untuk membentuk sikap manusia dalam suatu konteks sosial; (3) fungsi-fungsi tersebut tidak bisa ditetapkan secara stabil dan permanen, tetapi harus diadakan kembali “secara pragmatis” dalam setiap konteks komunikasi baru; dan (4) yang menjadi faktor pemandu dalam pengadaan-pengadaan tersebut adalah tujuan (skopos) komunikasi antar budaya, apa yang diharapkan bermacam-macam orang untuk diperoleh selama proses itu berlangsung dan sesudah proses usai.

Penerimaan penerjemah (yaitu, cara penerjemah menerima teks) ditentukan oleh kebutuhan komunikasi inisiator atau penerima teks sasaran (TSa).

Leave a Comment