Fasih Memahami Makna Dalam Terjemahan

Makna dalam terjemahan mempunyai hubungan yang sangat erat dalam bidang penerjemahan. Menurut Newmark (1991:27) menerjemahkan berarti memindahkan makna dari serangkaian atau satu unit linguistik dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Yang perlu dicermati adalah di dalam sebuah wacana terdapat lebih dari satu macam makna. Menurut Suryawinata (1989, 21-22) ada lima macam makna, yaitu makna leksi. kal, gramatikal, tekstual, kontekstual atau situasional, dan makna sosiokultural. Leksikal adalah butir linguistik yang terdapat di dalam kamus. Jadi, makna leksikal adalah mak na yang dicbrikan di dalam kamus.

Sebagai contoh perhati kan makna leksikal dari kata “hand” yang terdapat di dalam kamus Longman berikut.
Hand- the moveable parts at the end of the arms, in cluding the fingers.

Makna Gramatikal

Makna gramatikal adalah makna yang diperoleh dari bentukan, susunan atau urutan kata dalam frase atau kalimat. Lebih jelasnya makna ini dihasilkan oleh imbuhan atau makna yang ditimbulkan oleh susunan antara satu kata dengan kata yang lainnya yang menyusun kalimat.

Perhatikan perbedaan makna dari beberapa pasang kata atau kalimat di bawah ini:
a. menidurkan
b. meniduri
c. tertidur
a. seekor anjing menggigit orang
b. Orang menggigit seekor anjing
a. I go to the office.
b. I went to the office. c. To the office I went.

Makna Tekstual

Makna tekstual adalah makna suatu kata yang di tentukan oleh hubungannya dengan kata-kata lain di dalam suatu kalimat (Suryawinata, 1989. 22). Kata bahasa Inggris “hand” bisa mempunyai berbagai makna tergantung pada kata-kata lain yang membentuk kalimat. Suryawinata mem beri contoh berikut ini.

  1. Hand me your paper (menyerahlah) 2. Just give me a hand (membantu)
  2. All hands up! (anak buah kapal) 4. They’re always ready at hand (siap)
  3. Hands up (angkat tangan)

Seperti halnya kata bahasa Inggris “hand” yang mem punyai makna yang bermacam-macam, kata bahasa In donesia “tangan” pun mempunyai makna yang bermacam macam pula, yang sebagian besar tidak mirip dengan mak na kata “hand”. Kedua kata ini makna leksikalnya memang sama.

Makna kontekstual

Makna kontekstual atau makna situasional, menurut Suryawinata (1989: 23) adalah makna yang timbul dari situasi atau konteks di mana frasa, kalimat, atau ungkapan tersebut dipakai. Di dalam ilmu pragmatik atau analisis wacana, yang termasuk elemen konteks atau situasi ini ada lah partisipan (pelibat), setting (waktu dan tempat), tujuan, topik, dan sarana komunikasi yang dipakai.

Sebuah ungkapan “good morning” bisa mempunyai makna yang berbeda meskipun sama-sama diucapkan oleh seorang atasan kepada pegawainya kalau waktunya be rbeda. “Good morning” berarti sapaan yang ramah jika diucapkan oleh seorang atasan kepada seorang pegawai nya yang datang lebih dahulu, mungkin sebelum pegawai pegawai lain datang. “Good morning” berarti sebuah te guran yang sinis bila diucapkan oleh atasan yang sama be berapa menit kemudian kepada seorang pegawai lain yang datang terlambat.

Makna Sosiokultural

Makna sosiokultural adalah makna kata sesuai dengan faktor-faktor budaya masyarakat pemakai bahasa itu. Suryawinata (1989: 24) memberi contoh-contoh berikut:

Orang-orang Jawa biasanya bertanya kepada seorang kawan yang baru pulang dari bepergian dengan per tanyaan, “Endi oleh-oleh?” Ungkapan ini ini secara harfiah berarti “Mana oleh-olehnya?”, tetapi ung kapan ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa si penanya betul-betul minta oleh-oleh atau buah tangan si kawan. Ini hanyalah salam akrab. Apa pun jawab nya tidaklah menjadi soal benar. Setelah itu mereka
bercakap-cakap akrab Di dalam kebiasaan masyarakat Jawa, pertanyaan ini dijawab dengan “Slamet”. Artinya oleh-olehnya ada lah keselamatan. Sering kali jawabannya berupa sedikit gurauan, yaitu “Kesel” atau “capai”
Tentu saja ungkapan ini sulit diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa Inggris. Konsep “oleh-oleh” pun tidak mempunyai makna yang sama dengan “gift” atau “present” di dalam bahasa Inggris. Tetapi secara cultural bahasa Inggris juga mempunyai ungkapan yang kurang lebih sama, yaitu “How’s your trip?” Dan jawabannya adalah “It was marvelous.”

Seperti yang telah kita kemukakan di atas, mener jemahkan berarti memindahkan makna dari serangkaian atau satu unit bahasa dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Akan tetapi, yang dimaksud dengan makna disini, me. nurut Newmark (1991: 26) bukanlah keseluruhan makna. Hariyanto (1999, 41) mencontohkan bahwa di dalam kali mat” She just arrived” terkandung makna bahwa seorang wanita sudah datang, apakah datangnya itu baru saja atau kah sekian jam yang lalu. Demikian juga kalimat bahasa Jerman “die Sonne geht auf” memberitahu kepada pem baca bahwa sekarang matahari sedang terbit dan memang biasanya terbit setiap pagi. Yang jelas, dengan kalimat ini pembaca juga diberi tahu bahwa matahari berjenis ke lamin perempuan.tetapi dalam konteksnya, penerjemah tidak perlu menerjemahkan semua ragam makna ini. Jadi, makna yang mana yang harus diterjemahkan? Tentu saja makna yang paling penting disampaikan sesuai dengan tujuan penulisannya.

Makna Implisit

Makna implisit adalah gagasan atau makna yang di tentukan di dalam nada sebuah teks. Makna implisit tdak bisa ditemukan langsung dari baris-baris kalimat yang ada. Pembaca harus bisa mencari ini sendiri setelah membaca seluruh teks.

Tentang Demokrasi Sekarang, orang bilang, Demokrasi
Ya demokrasi! Demokrasi lebih baik kan?
Toko hancur, buruh mogok Orang saling bunuh
Petinggi saling fitnah
Dan anak-anak kurang makan
Tak mampu menatap masa depan? (Sugeng Haryanto)

Dari contoh ini, pembaca tentu tahu bahwa kata de mokrasi tidak bermakna seperti yang diuraikan baris-baris di atas. Makna implisit utama yang bisa ditarik dari puisi di atas adalah” orang berbuat semaunya dengan meng atasnamakan demokrasi”. Makna ini baru bisa dipahami setelah pembaca membaca keseluruhan teks.

Makna Tematik

Yang terakhir, makna tematik adalah makna yang bisa dilihat dari kedudukan sebuah kata di dalam kalimat . Kata pertama di dalam kalimat yang disebut tema, dan mengandung informasi yang sudah sama-sama diketahui oleh para pelibat pembicaraan. Informasi barunya diletak kan di dalam bagian kalimat yang ada di belakang tema, yang disebut rema. Jadi, makna tematik adalah makna yang dipentingkan berdasarkan kedudukan kata (tema-rema) di dalam kalimat. Kata yang pertama atau tema biasanya lebih ditekankan di dalam kalimat, oleh karena itu maknanya tidak bisa diabaikan begitu saja di dalam terjemahan. Mak na tematik, atau makna yang berkedudukan sebagai tema, ini merupakan dasar formal ekuivalensi makna antara Bsu (dan BSa. Jadi, kalimat “Ke sana dia pergi” menurut makna tematik ini harus diterjemahkan menjadi, “There he goes karenamak tematik kata “Ke sana itu penting.

Jenis kedua, makna komunikatif, juga bisa dibagi lagi menjadi beberapa makna, yaitu makna ilokusi, makna performatif, makna inferensial,dan makna pragmatik. Makna ilokusi adalah kekuatan atau maksud dasar sebuah kalimat. Kalau kalimat itu kalimat tanya maka dinyatakan dalam susunan kata yang bagaimanapun, makna ilokusi nya menuntut adanya jawaban. Kalimat Bsu yang mem punyai makna ilokusi seperti ini tentu saja tidak boleh diter jemahkan menjadi kalimat yang hanya berupa imbauan.

Makna Performatif

Makna performatif adalah tindakan yang benar-benar dilakukan jika sebuah kalimat ditulis atau sebuah ujaran diujarkan. Jadi, sebuah kalimat bermakna memberi kekuat- an hukum di dalam sebuah surat perjanjian dan di dalam peristiwa perkawinan. Maksudnya adalah kalimat-kali mat di dalam surat perjanjian mengikat ke dua belah pihak
secara hukum. Sementara itu kalimat-kalimat yang diucap kan oleh pengantin laki-laki dalam menjawab pertanyaan penghulu di dalam adat perkawinan Islam adalah sebuah tindakan yang bisa mengesahkan atau tidak mengesahkan hubungan perkawinan sepasang manusia itu.

Makna inferensial

Makna inferensial adalah makna yang bisa disimpul. kan dari sebuah kalimat. Kalimat “Seandainya saja kamu tahu hatiku mempunyai makna penyesalan. Kalimat itu menyi. ratkan bahwa makna pengujar atau penulis menyesal bah wa pendengar atau pembaca terdahulu tidak mengetahui isi hatinya. Makna prognostic adalah makna kalimat untuk memberi tanda bahwa sesuatu akan terjadi sebentar lagi. Kalimat “Tunggu apa lagi?” memberi tanda bahwa pende ngar harus segera bertindak.

Makna asosiatif

Di dalam sebuah kalimat, biasanya terdapat satu buah makna komunikatif. Mungkin hal ini tidak begitu menye babkan masalah bagi penerjemah, tidak seperti makna kognitif di atas, atau makna asosiatif. Makna asosiatif adalah makna yang berhubungan dengan latar belakang pe nulis, situasi, atau bahkan nilai bunyi kalimat Bsu. Bila di hubungkan dengan latar belakang penulis, makna ini bisa ditangkap dari sosioleknya. Jadi, kita bisa membedakan makna kata “bersantap” dan “makan”. Makna juga ditu runkan dari dialeknya, apakah kaya yang dipakai adalah “kenape” atau “kenapa”. Makna bisa juga dilihat dari jenis kata menurut kapan kata itu biasa digunakan. Jadi, kalau kita mendengar seseorang mengucapkan kata “diabaikan kita bisa menebak bahwa pengujar itu golongan tua yang menerima pendidikan bahasa Melayu lama, bukan generasi muda yang menerima pendidikan bahasa Indone sia.

Makna asosiatif bisa ditangkap dari situasinya, apa kah situasinya formal atau informal, universal atau eks klusif, subjektif atau obyektif (Newmark, 1999: 29-31). Mak na ini terutama meliputi makna pragmatis, yaitu makna yang berkenaan dengan efek yang ingin diciptakan pada pembaca tertentu.

Mengenai derajat keformalan ini, kita bisa melihat apakah kalimat itu menggunakan kata “wafat” atau “mati, meninggal”, atau “tewas”. Dalam hal keuniversalannya, kita bisa melihat apakah suatu kalimat menggunakan kata kata umum atau khusus untuk kalangan tertentu saja, mi salnya apakah menggunakan kata “perut” atau “abode men” dalam hal keobjektifan, bisa dipertanyakan apakah sebuah kalimat menggunakan kata-kata factual atau kata kata yang bermuatan emosi. Kita bisa membedakan makna ini di dalam kalimat “Ada tiga bekas luka yang mengeluarkan darah di bagian dada” dan “Darah mengucur deras dari dada nya.”

Makna kata asosiatif bisa juga ditinjau dari budaya penggunaan atau penulisnya. Kata “berambisi” yang digu nakan oleh penulis Indonesia tentu tidak bermakna dana dengan “ambition” yang dipakai oleh penulis Inggris. Kata “demokrasi” mungkin berbeda maknanya dari kata “de mocracy” bagi penulis yang berasal dari budaya yang ber beda.
Makna yang terkait dengan nilai bunyi atau efek suara dan beberapa hasil manipulasi kata-kata bisa dilihat secara khusus pada gejala-gejala yang disebut onomatopoeia, asonansi, aliterasi, rima, dan lain-lain. Permainan kata ini bisa secara langsung digunakan untuk mengutarakan makna.

Akhirnya bisa dimengerti bahwa di dalam sebuah teks terdapat banyak sekali makna. Makna mana yang harus dipindahkan di dalam proses penerjemahan? Jawabannya tentu saja makna yang dimaksudkan oleh si penulis, bukan makna yang disusun sendiri oleh seorang penerjemah atau jasa penerjemah. Karena makna yang dikehendaki oleh penulis Bsu ini hadir di dalam tulisannya yang juga mengandung makna yang menurutnya kurang penting, maka seorang penerjemah harus berhati-hati agar makna ini tidak hilang di dalam proses penerjemahan. Makna ini harus diturunkan dari keseluruhan teks sebagai hasil proses mempertimbangkan sekian banyak makna yang telah disebut. Seorang penerjemah harus mampu menentukan apakah di dalam sebuah kalimat makna kognitif, makna komunikatif, atau makna asosiatifnya yang paling penting. Di samping itu ada juga kemungkinan bahwa makna kognitif, makna komunikatif, dan makna asosiatif ini menyatu dan oleh karenanya, kalau bisa, hendaknya ditransfer ke dalam BSa secara utuh.